Laman

Kamis, 08 Agustus 2024

Kutang Mei


(Pertama kali dimuat di Kedaulatan Rakyat Edisi 26 Juli 2024)

 Kau berhasil membuat semua pemuda di kampung iri karena kedekatanmu dengan Mei. Tak ada yang tak mengenal Mei, anak kepala desa yang cantik bak bidadari dari kahyangan. Kedekatanmu dengan si cantik Mei bahkan mengalahkan kedekatannya dengan Bram, pacar Mei. Bram tak ada apa-apanya jika dibanding dirimu. Meski lelaki itu membelikan rumah dan mobil baru sekalipun, bisa dipastikan Mei lebih memilih kehilangan Bram daripada kehilangan dirimu.

Kau selalu menempel pada Mei. Kalian benar-benar tak terpisahkan. Itulah sebabnya para pemuda menatap iri padamu. Setiap pagi, ketika kau berada di halaman samping rumah dan Mei sedang bersolek di kamarnya, para pemuda misuh-misuh padamu dan sebagian lagi berharap berada di posisimu agar bisa dekat dengan Mei.

“Andai aku bisa menjadi seperti dirinya dan hidup bersama Mei.”

“Mati pun aku bersedia asal bisa menjadi seperti dirinya dan menjadi bagian dalam hidup Mei.”

Jika diibaratkan sebagai sebuah mahakarya, Mei adalah sebuah patung pualam yang dibuat dengan teknik tingkat tinggi. Setiap lekuk tubuhnya dibentuk dengan cinta. Mei adalah perpaduan yang sempurna antara Elvy Sukaesih dan Dian Sastro. Konon, kau telah memberikan rasa percaya diri yang begitu besar pada Mei. Kalau sekarang Mei dengan anggun melenggak-lenggok di sepanjang jalanan kampung untuk dikagumi semua orang, itu karena dirimu. Tersebab itulah kalian menjadi dekat. Mei tak bisa hidup tanpamu.

Namun, pagi ini, kampung digemparkan oleh berita hilangnya dirimu dari hidup Mei.

“Dia hilang!” teriaknya frustrasi. “Terakhir aku lihat dia masih di halaman samping, tapi sekarang dia hilang.”

Seorang pemuda atau mungkin beberapa pemuda yang jatuh hati Mei dan iri padamu pasti telah menculikmu. Mei bergidik ngeri membayangkan apa yang telah menimpa dirimu. Dia mulai histeris meski Bram telah berusaha menenangkannya.

“Dia pasti berada di suatu tempat! Kita harus meminta bantuan polisi atau dukun sakti untuk menemukannya.”

“Ini berlebihan, Mei.”

“Tak ada yang berlebihan di sini. Kita harus mencarinya!” tandas Mei tak mau mendengar ucapan kekasihnya.

Bram jelas bingung. Bagaimana Mei bisa memintanya untuk melaporkan kejadian ini pada polisi? Apa yang harus dia katakan pada mereka? Dan apakah kasus seperti ini bisa diproses? Bram berpikir apa dia cukup membuat selebaran saja tentang hilangnya dirimu dan memberi imbalan pada siapa pun yang menemukannya? Namun, itu sama memalukannya dengan berjalan tanpa busana sepanjang jalan. Maka keputusan yang dia ambil adalah diam-diam tak melaporkannya pada polisi atau meminta bantuan pada dukun sakti.

“Satu dua hari lagi juga Mei akan melupakannya.”

Nyatanya Bram salah. Mei menjadi terpuruk sejak hilangnya dirimu. Dia mengurung diri, tak mau keluar kamar. Dia juga menolak mandi hingga cantik wajahnya memudar dan badannya tak lagi harum. Dia kehilangan semangat hidup seperti ketika bidadari Nawang Wulan kehilangan selendangnya.

“Kita bisa cari yang lain,” bujuk Bram yang mulai kehabisan akal.

“Aku tak mau yang lain. Aku ini setia, tak seperti dirimu.”

“Apakah harus sebegitu tragisnya kehilangan kutang? Di pasar atau mall banyak kutang merah muda seperti milikmu itu.”

“Kau lupa? Kalau bukan karena kutang merah mudaku itu, kau mungkin tidak akan jatuh cinta padaku yang tidak memiliki dada.”

“Aku tetap mencintaimu meski kau tak memiliki dada, Mei.”

Mei tak peduli, dia hanya menginginkan kutang merah mudanya, bukan kutang lain, apalagi yang dibeli di pasar atau mall.

Di sudut lain, di sebuah rumah petak, kau bersama dengan orang lain.

“Tak percuma aku mencuri kutang merah muda milik Mei. Sekarang aku tambah seksi, jadi nanti malam bisa magkal.”

Meski sama-sama tak memiliki dada, kau pasti lebih memillih Mei daripada pencuri ini. Setidaknya Mei perempuan betulan, bukan perempuan jadi-jadian yang suka mangkal di Gang Koboi untuk menjajakan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar